Monday, September 7, 2009

PAULUS & SUATU JEMAAT TAK DIHARAPKAN

Jemaat tak diharapkan dipakai untuk menyebut jemaat tak bersunat yang menjadi lahan pekerjaan Paulus. Kok bisa? Mari ikuti ceritanya......

Waktu itu di Anthiokia, tanpa disangka-sangka, banyak orang yunani bergabung melalui trial and error oleh beberapa orang anggota jemaat asal Kirene dan Siprus. Walaupun upaya tersebut lebih kepada iseng-iseng mengingat targetnya non yahudi dan mengingat Yesus sendiri menetapkan tidak boleh mendatangi non yahudi, jumlah mereka cukup banyak juga. Yang mana cukup menakjubkan. Ternyata di balik susahnya yahudi untuk dikumpulkan, ada orang-orang lain yang lebih mudah diajak bergabung dengan jemaat. Maka ada semacam kegembiraan tersendiri bagi jemaat secara umum melihat kejadian orang-orang non yahudi bergabung ini. Di pikiran mereka saat itu, ini aneh tapi nyata. Tapi kegembiraan tersebut tidaklah full karena kehadiran orang-orang non yahudi menjadi jemaat tidak benar-benar diharapkan. Mau menjaring ikan mas koi, eh dapatnya malah ikan mujair nila. Mereka tetap diterima, tetapi tidak disamakan prioritasnya dengan orang-orang yahudi sendiri.

Kendalanya, non yahudi ini tidak bersunat dan memakan makanan haram. Yang mana bertentangan dengan hukum Taurat. Oleh karenanya, untuk membuat mereka bertahan sebagai anggota jemaat, mereka tidak dipaksa bersunat dan mereka dibiarkan tetap memakan makanan haram. Tapi, itu semua dimaksudkan hanyalah buat sementara saja. Desakan untuk memberlakukan hukum Taurat atas mereka oleh sidang jemaat tetap ada. Diharapkan pada akhirnya nanti mereka dapat menyatu dengan sepenuhnya dengan jemaat bersunat dalam menerapkan hukum Taurat. Yaitu mereka bersunat juga dan tidak memakan makanan haram.

Berhubung mereka bukanlah misi yang sesungguhnya, murid-murid beserta jemaat harus meneruskan perjalanan, untuk mengarah kepada misi yang sebenarnya yaitu menyelamatkan orang-orang yahudi. Sementara itu orang-orang yunani itu harus ada yang mengurusi mereka, tidak mungkin mereka dibiarkan terlantar. Maka untuk mengurusi jemaat tak diharapkan ini dipanggillah Paulus yang sedang stand by di Tarsus atas kesepakatan sidang jemaat Yerusalem. (bukan oleh Yesus).

Ketika Yesus memanggilnya waktu di gurun, itu adalah untuk menghentikannya memberantas jemaat di Damsyik, bukan untuk memilihnya sebagai rasul untuk orang tak bersunat. Kalau bukan untuk itu Yesus tidak akan sudi menemuinya. Yesus menemuinya karena Yesus harus membuktikan secara langsung di depan mata kepala Paulus sendiri bahwa ia tidak mati di tiang salib. Dengan 3 cara yang pernah dipraktekkannya terhadap pengikutnya sendiri yang juga sempat percaya bahwa ia telah mati, yaitu: satu, berdialog dengan cara menyamar seperti terhadap dua orang yang sedang menuju Emaus. Dua, memakan makanan. Dan tiga, melalui rabaan ke luka tubuhnya. Itulah jurus pamungkas untuk membuktikan bahwa dirinya tidak mati di tiang salib atau untuk membuktikan dirinya bukan arwah atau hantu atau untuk membuktikan bahwa dirinya benar utusan dari Tuhan, bukan mesias palsu. Yang akhirnya membuat Paulus tersungkur ke tanah. Lalu ia berbaptis, lalu Yesus memanfaatkan dirinya untuk meningkatkan keamanan jemaat dengan menyuruh Paulus ikut di dalam pemberitaan guna mempengaruhi para pemuka dan penguasa. Sekali lagi, bukan untuk memilihnya sebagai rasul untuk orang tak bersunat. Jemaat tak bersunat adalah jemaat tak diharapkan. Dengan berbaptisnya Paulus maka episode pembinasaan terhadap jemaat terhenti juga secara otomatis.

Tentang diri Paulus, malah bisa jadi ia adalah antikristus yang ada dalam ramalan. Makanya sebagai antisipasinya Yesus tidak membaptis Paulus secara langsung, tetapi menyuruh orang lain yang levelnya di bawah murid-murid secara hirarkis (Ananias Damsyik) supaya ia tidak mengacaukan di kemudian hari. Yang mana hal ini membuat Paulus diam-diam merasa gondok terhadap diri Yesus. Di samping gondoknya terhadap diri Yesus ini, jemaat Yerusalem masih tidak bisa menerima dia, masih banyak rasa curiga terhadapnya. Paulus pun seolah-olah di pojokkan di mana-mana dalam tubuh jemaat. Pemanfaatan dirinya yang sangat dini dalam rangka mempengaruhi para pemuka dan penguasa untuk meningkatkan keamanan jemaat itu membuat Paulus merasa tinggi hati terhadap murid-murid, yang akhirnya menimbulkan adanya gap semacam perang dingin antara dirinya dengan murid-murid yang kemudian menciptakan suasana panas. Tuhan menolong murid-murid dengan adanya ancaman pembunuhan atas diri Paulus dari orang-orang yahudi luar jemaat yang merasa Paulus telah membelot kepada jemaat Yesus. Pemberitaan Yesus sebagai mesias itu telah menyinggung banyak pihak. Kejadian tersebut memaksa Paulus untuk stand by di Tarsus menjadi jemaat pasif tidak aktif dalam pemberitaan dan mengurus jemaat. Dari pada ia banyak bersikap tinggi hati lebih baik ia duduk jadi anak manis di kampungnya di Tarsus. Maka Paulus menjadi seorang jemaat yang tidak prioritas di mata murid-murid.

Sekarang ada kejadian orang-orang yunani yang tidak prioritas masuk jemaat. Paulus diminta untuk mengurusi mereka. Daripada membiarkan orang-orang yunani yang telah rela hati menjadi jemaat itu terlantar, mendingan memberdayakan Paulus untuk mengurusi mereka. Biarlah dia bergelut dengan kepintarannya untuk mengurusi orang-orang tak bersunat itu. Supaya ia tidak mengganggu murid-murid dengan ketinggian hatinya. Jadi jemaat yang tidak prioritas diurus oleh pengurus yang tidak prioritas juga. Itulah latar belakang penugasan Paulus oleh sidang jemaat.




No comments:

Post a Comment